Hari pertama datang ke Moa
sejujurnya cukup takjub dengan keindahan alam dan suasananya. Berasa kayak
di Afrika gitu, haha😁, padahal aku belom pernah ke Afrika juga sih. Cuaca panas dan
terik tapi gak tau kenapa enak aja udaranya, bersiiiih banget. Gak seperti Jakarta yang panas nya
sumpek.
 |
di Moa, sapi dan kerbau dibiarkan lepas mencari makanan secara mandiri |
Dan di hari kedua di Moa, gak tau kenapa bangun shubuh tuh rasanya segeer banget. Padahal hari sebelumnya, bisa dibilang cukup melelahkan. Karena pas tiba di Moa, kami langsung keliling dinas untuk berkoordinasi dan juga pergi ke balai Desa Kaiwatu untuk menyiapkan ruang pelatihan bersama nelayan. Mungkin karena di hari kedua ini adalah hari pembukaan pelatihan bagi nelayan, aku pun bangun dengan penuh exited, melupakan lelah dan kantuk.
Selesai sarapan seadanya di
hotel, kami pun langsung berangkat ke balai Desa Kaiwatu bersama para pelatih
yang katanya tiba di Moa tengah malam. Para pelatih dari Ambon diantaranya ada
Pak Indra, Pak Anton, dan Pak Helmy. Sampai di balai Desa Kaiwatu, kami
menunggu beberapa saat para nelayan, karena sebagian besar mereka masih belum
pulang melaut. Setelah menunggu sekitar satu jam, nelayan mulai banyak
berdatangan, mereka mengenakan baju rapi, sebagian ada yang menggunakan sepatu
resmi, sangat memperlihatkan antusiasme yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.
Btw, pelatihan yang kami
selenggarakan untuk nelayan adalah pelatihan penangkapan ikan dan penanganan
ikan di kapal. Aku yakin, untuk nelayan Moa, mereka sudah teramat mahir dalam melakukan
praktik penangkapan ikan, toh profesi mereka sebagai nelayan kan. Tapi meski
demikian, mereka tetap sangat antusias mengikuti pelatihan yang kami
selenggarakan.
Sebelum pelatihan dihari pertama
resmi dibuka, aku menyempatkan untuk mengambil beberapa video wawancara dengan
perwakilan nelayan Moa. Salah satu nelayan yang aku wawancarai namanya Samuel
Pooroe. Aku memanggilnya Om Sam. Beliau adalah nelayan paling senior di Desa
Kaiwatu. Pendapatan beliau sebagai nelayan di Moa diperkirakan bisa mencapai
maksimal 12-20 juta perbulan. Waaw, aku pun sangat terkejut mendengarnya
sodara-sodara haha. Lebih gede pendapatan Om Sam dibanding gaji pokok gue
sebulan. Wkwk. Om Sam ini nelayan cerdas, terlihat dari cara beliau menjawab
pertanyaan dengan jawaban yang sangat terstruktur dan berisi. Sesuai dengan
yang diharapkan olehku sebagai
content
creator.
 |
Samuel Pooroe, nelayan senior dan sukses di Moa |
Pelatihan pun resmi dibuka oleh
Pak Izak. Beliau adalah pejabat fungsional dari Ditjen Perikanan Tangkap yang
sama-sama bersama kami berangkat ke Moa. Kebetulan beliau adalah orang asli
Moa. Disela pidato singkat pembukaan, Pak Izak meminta kami (para panitia)
untuk maju ke depan untuk memperkenalkan diri. (dalam hati) waduh, dikerjain
nih sama Pak Izak. Aku sebagai orang yang seringnya dibelakang layar,
sebenarnya agak kikuk juga kalau harus berbicara dengan orang baru, diforum
cukup serius, mana bapak-bapak semua lagi. Apalagi Pak Izak meminta harus
menyebutkan status lagi, wadaww ketahuan jomblonyaa nih jadinya wkwk. Saat bilang
dengan malu-malu tentang kejombloan yang bahagia ini, bapak-bapak nelayan
tetiba riuh dan senyum tertawa. (pada kenape nih bapak-bapak? Semangat amat
kaya liat calon mantu. Hahaha). 😆 Oh ya, selain dibuka oleh Pak Izak, pelatihan ini juga turut dibuka oleh sambutan dari Kepala Dinas Perikanan Kab. Maluku Barat Daya, Pak Djecky namanya.
 |
Momen dikerjain Pak Izak untuk perkenalan diri |
 |
sambutan oleh Pak Djecky, Kepala Dinas Perikanan Kab. Maluku Barat Daya |
Selesai pembukaan acara, para
pelatih memulai menjelaskan materi pelatihan dan memperkenalkan peralatan serta bahan yang akan dibagikan kepada
nelayan. Para nelayan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memudahkan. Dihari
pertama, materi yang diajarkan oleh para pelatih adalah merakit alat pancing
tonda, pancing ulur dan umpan metajik
artificial. Para nelayan mengikuti pelatihan dihari pertama dengan antusias dan tertib. Mereka pastinya tiap hari sudah hafal dengan alat kerja mereka, tapi dalam pelatihan ini, mereka seolah-olah ingin belajar dari nol lagi. Jujur, sangat terharu aku melihatnya, Begitu sangat respek mereka dengan kehadiran kami.
 |
Pak Indra dan Pak Helmy memperkenalkan alat dan bahan yang akan digunakan selama pelatihan berlangsung |
 |
Pak Anton, ketika menjelaskan materi kepda nelayan bagaimana cara membuat umpan metajik artificial |
Pelatihan setiap harinya diselesaikan sebelum ashar, karena sorenya nelayan harus kembali melaut menangkap ikan. Selesai pelatihan dihari pertama, kami menyempatkan untuk berkujung ke pantai Tiakur, meninjau lokasi yang akan dibangun untuk Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Moa. Menikmati sunset pantai Tiakur dengan pemandangan Pulau Letti diseberang. tjakepp banget! 💖
 |
sunset di Tiakur |
Pelatihan hari kedua adalah meneruskan pembuatan umpan metajik dan dipaparkan materi bagaimana melakukan penanganan ikan di kapal. Pada sore hari, kami akan ikut serta dengan nelayan untuk praktik menangkap ikan di kapal serta praktik penanganannya. Pada saat praktik menangkap ikan, aku berkesempatan untuk ikut di kapal Om Aris, beliau adalah nealyan sukses Moa seperti halnya Om Sam.
 |
di dermaga Kaiwatu, persiapan berangkat untuk praktik menangkap ikan tuna |
Kami pun berangkat dengan masing-masing kapal nelayan dari dermaga Pelabuhan Kaiwatu. Di Moa, menangkap ikan tuna sebenarnya tidak terlalu jauh dari daratan, hanya sekitar 2-3 mil laut, kita sudah dapat bertemu dengan tuna, karena memang area
fishing ground nya sangat dekat dan potensinya pun melimpah. Selama di kapal dan mempraktikan bagaimana cara menangkap ikan tuna, Om Aris menjelaskan detail cara penangkapan ikan. Aku seperti
flashback kembali pada mata kuliah metode penangkapan ikan saat kuliah dulu.
Memancing ikan benar-benar membutuhkan kesabaran yang ekstra. Kalau kata Om Aris, kita harus mengetahui
timing kapan si tuna bermain dan mencari makan. Dan apa yang dikatakan oleh Om Aris benar, 45 menit ketika menebar pancing ulur, si tuna belum terlihat karena belum waktunya makan. Namun setelah tiba waktunya, mereka benar-benar memunculkan diri, loncat-loncat ke atas perairan, dan jumlahnya banyaakk banget! Si gue yang udik ini melihat tuna loncat-loncat, langsung rekam buanyak banget video hahaha😁
 |
mancing ikan hingga sore |
Tuna yang Om Aris dapatkan kalau menurutku gede banget sih, hampir setinggi badanku. Tapi kata Om Aris ada yang lebih besar dari itu. Makanya setelah dari Moa, di hari terakhir, para nelayan memberiku panggilan
baby tuna, wkwk. Karena saking kecilnya gue dan kalah gede ama tuna-tuna Moa. 😆. Selesai praktik nangkap ikan tuna, malamnya, kami bersama nelayan memasak dan makan ikan yang sudah didapat dari memancing. mantaf!
Hari terakhir pelatihan bersama nelayan, pelatih memberikan materi tentang bagaimana mengatur keuangan dan bisnis penangkapan ikan. Istilahnya, bagaimana nelayan bisa
save money dari hasil penjualan ikan yang mereka dapatkan. Rencananya, pelatihan akan ditutup sekitar jam 2 siang, karena para pelatih harus sholat jum'at terlebih dahulu, sedangkan materi belum selesai disampaikan. Aku dan mba shofa menunggu di Balai Desa Kaiwatu, sambil menunggu para pelatih selesai sholat, aku dan mba shofa makan siang bersama di Balai Desa dengan para nelayan. Para nelayan di Moa hampir semua adalah kristiani, mereka dengan sabar menunggu para pelatih pulang sholat jum'at.
Saat makan siang, kebetulan aku dan mba shofa sempat berbincang dengan Om Sam. Om Sam sendiri antusias banget ketika ngobrol, apalagi disaat dia tahu kalau aku orang sunda. Berdasarkan penuturan ceritanya, bapaknya Om Sam adalah orang pertama di Moa yang berhasil keluar dari Pulau Moa untuk menuntut ilmu di jenjang perguruan tinggi di Bogor. Saking lamanya di Bogor, bapaknya Om Sam fasih sekali berbicara bahasa Sunda. Om Sam pada saat itu menawarkan untuk mempertemukanku dengan bapaknya Om Sam. Biar dikenalin katanya. Haha. Selain menceritakan bapaknya, Om Sam juga menceritakan detail tentang keluarganya, dari mulai kakaknya, adiknya, anak-anaknya, saudaranya, kerabat jauhnya, lengkap dengan posisi dan profesi mereka masing-masing. Termasuk cerita kalau artis Karen Pooroe adalah sepupunya. Om Sam benar-benar menceritakan lengkap. Ibaratnya, itu udah kaya ta'aruf keluarga wkwk. Dia pun menyampaikan celoteh lucu
"sayangnya, anak laki-laki saya sudah menikah semua mba, kalau tidak, mba ummu ini bisa dapat marga Pooroe haha. Jadi namanya Ummu Kultsum Pooroe. hahahaha". Kami pun tertawa bersama.
Tiga hari pelatihan bersama nelayan di Moa benar-benar sangat berkesan. Tugas ini sebenarnya sudah 8 bulan yang lalu. Tapi aku baru sempat merangkai ceritanya sekarang. Antara males dan bingung harus mulai bercerita darimana sih sebenarnya, karena teramat banyak kejadian
memorable yang belum pernah dialami dibandingkan ketika tugas ke daerah lainnya. Tentunya di Moa, banyak hal baru, baik ilmu dan pelajaran hidup yang sangat berharga. Aku yang setiap hari terkoneksi internet dan sering diburu oleh tugas-tugas kantor, sejenak merasakan ketentraman hidup karena nomorku memang tidak ada sinyal sama sekali selama di Moa. Haha
 |
pembagian sertifikat pelatihan untuk nelayan |
Semua dokumentasi video-ku selama di Moa, ada di channel ini ya..
Part 1 :
Pelatihan Hari 1 Bersama Nelayan (Membuat umpan artificial)
Part 2 :
Praktik menangkap Tuna
Part 3 :
Hari ke-3, berlatih mengatur keuangan
Terimakasih orang-orang Moa yang baik hati dan
humble. Semoga dikesempatan lain kita dapat berjumpa kembali ya 😊.. Salam Kalwedo!
Comments
Post a Comment