#Archipelagolife 4 : Kekesi Ge Wen Bintuni
![]() |
me, just being speechless of Allah's greatest creation |
Haloo Bintuni!
daerah yang sebelumnya saya tidak tahu seperti apa, bagaimana keadaaanya, namun setelah beberapa hari, lumayan hafal dengan suasana, karakteristik wilayah dan alamnya. Jauh-jauh ke Bintuni dengan drama-drama kecil, ujung-ujungnya saya disana ketemu sama orang Tasikmalaya dan Bandung. Haha, dunia sempit sekali ternyata guys. Dalam satu hari survey ke Pulau Amutu Besar untuk mengunjungi pabrik woodchips, aduh, itu menuju pulaunya jauuhh banget, sumpah. Eh, disana tetiba bertemu forest manager orang Tasikmalaya, Pak Pandu namanya. Pun satu hari pada saat acara konsultasi publik yang tempatnya jauh banget dari pusat kota Bintuni, mengundang beberapa perwakilan dinas terkait, saya ketemu orang yang ternyata, eh, orang sunda juga. Namanya Ginan, asli Bandung katanya. Sebagai seorang #sundapride, saya katakan perjalanan ke Bintuni ini cukup bodor wkwk
Bodor di akhir, ber-drama di awal..
dari sekian tempat kegiatan yang pernah dikunjungi, rasanya baru kali ini ragu-ragu untuk berangkat. Pertama, karena berubahnya rencana agenda, dan yang kedua, karena dalam hati selalu bertanya, "duh, bisa balik cepat ke Jakarta gak ya?". Jujur, awalnya tidak ada semangat untuk menjalankan tugas ini, lokasi yang jauh dan ketidakpastian jadwal, membuat saya berpikir kalau perjalanan ini pasti menemui banyak drama, dan saya malas untuk memerankannya. Tapi akhirnya, karena emang gak ada pilihan lain, dengan mencoba menetralkan pikiran dan menyusun rencana agar perjalanan ini membuahkan hasil yang bernilai, saya coba membisiki diri dengan harapan, "O Lord, if this trip is Your way to show me the meaning and lessons of new life, then let me be in it.."
Satu hari sebelumnya, saya masih bertanya-tanya ke rekan kerja saya, Mba Rifka, "Mba, kita jadi berangkat?". Mba Rifka, yang sedari kemarin agak ragu, akhirnya memberitahukan kepastian mengenai keberangkatan. "Jadi dek, tiket pesawat dipesan saja.". Di malam itu, saya langsung pesan tiket ke agen travel dan sekaligus memesan untuk beberapa orang yang terlibat. Tidak tahu apa yang terjadi, dan entah karena hilang fokus atau memang tidak konsen, saya hampir salah membeli tiket keberangkatan. Dikarenakan semua jadwal pesawat berangkat tepat ditengah malam, jadinya terkecoh dengan tanggal. Untungnya, masih bisa untuk re-schedule tiket. (Huftt... oke #drama ke-satu, wkwk)
Berhubung perubahan rencana yang dibilang cukup mendadak. Orang dari UPT kantor yang diharapkan bisa mendampingi survey, ternyata jadwalnya bentrok. Saya sempat kebingungan dan mulai berpikir hal-hal rempong yang bakal dihadapi bila tidak ada rekan UPT yang bisa berangkat, semua hal nantinya akan dilakukan oleh saya dan Mba Rifka, kami berdua. Dari mulai koordinasi pemda, persiapan survei, panitia FGD, notulen, operator, fotografer, administrasi, konsumsi... Huaaa tidaakk.. (bagaimana ini? #drama ke-dua)
Setelah beberapa lama saya coba ganggu dan riweh telpon rekan-rekan di UPT (parah memang saya nih wkwk, padahal di waktu weekend). Akhirnya, ada perwakilan UPT yang dapat ikut berangkat. Hamdalah, terimakasih Pak Santoso dan Pak Reza atas bantuannya๐. Setelah mendapatkan nama perwakilan yang akan berangkat, saya kemudian kembali menelpon maskapai untuk memesan tiket ke Bintuni. Beruntungnya kami masih dapat tiket, meskipun pemesanan H-1. Kalau kehabisan tiket ke Bintuni, entah lah kegiatan akan tetap berlangsung atau ngga..
![]() |
"Bintuni from above". Diambil dibuikit yang menuju kesana dengan nafas ngos-ngosan |
Bintuni dimana sih?
Bintuni sebenarnya adalah nama ibukota Kabupaten Teluk Bintuni. Daerah ini berada di Provinsi Papua Barat. Kalau kita lihat di peta, Kabupaten Teluk Bintuni ini persis banget terletak di leher dalam Pulau Cendrawasih (Papua). Merencanakan perjalanan ke Bintuni, jujur bagi saya, lumayan ribet. Karena gak ada akses yang direct langsung kesana. Nah, untuk bisa sampai di Bintuni, ada beberapa alternatif perjalanan:
1. Naik pesawat Jakarta - Sorong, disambung dengan pesawat kecil Sorong - Bintuni (1,5 jam).
Nah, jadwal pesawat kecil ini hanya ada tersedia di hari Senin, Rabu, Jum'at dan Sabtu
2. Naik pesawat Jakarta - Manokwari, disambung dengan perjalanan darat (mobil hilux)
dari Manokwari - Bintuni (kurang lebih 6 jam)
3. Naik pesawat Jakarta - Sorong, disambung dengan kapal laut Sorong - Bintuni (entah nyampe
nya berapa jam, mungkin bisa satu hari)
1. Naik pesawat Jakarta - Sorong, disambung dengan pesawat kecil Sorong - Bintuni (1,5 jam).
Nah, jadwal pesawat kecil ini hanya ada tersedia di hari Senin, Rabu, Jum'at dan Sabtu
2. Naik pesawat Jakarta - Manokwari, disambung dengan perjalanan darat (mobil hilux)
dari Manokwari - Bintuni (kurang lebih 6 jam)
3. Naik pesawat Jakarta - Sorong, disambung dengan kapal laut Sorong - Bintuni (entah nyampe
nya berapa jam, mungkin bisa satu hari)
Itu kalimat asli yang mau saya taruh sebagai judul, tapi kok ya panjang amat ya rasanya? wkwk. By the way, judul postingan ini diambil dari bahasa Suku Kuri. Suku Kuri sendiri adalah salah satu suku yang diakui dan dilindungi hak nya oleh peraturan daerah di Kabupaten Teluk Bintuni. Judul konten dengan bahasa Suku Kuri ini saya dapatkan dari Tika, seorang fasilitator World Wide Fund for Nature (WWF) yang bertugas di Bintuni. Thanks Tika sudah bantu tanyakan orang Suku Kuri ๐ wkwk. Selain bahasa Suku Kuri, sebenarnya ada judul lain yang saya dapatkan dari Pak Bebari, orang Dinas Perikanan Bintuni tentang bahasa Suku Wamesa, yaitu Isau Sane Besien So Nieu Uta Piepar Matiti Besie, yang artinya Terimakasih Alam Bintuni yang Indah. Tapi tetap kepanjangan kayaknya ya ๐
![]() |
Distrik Babo |
Comments
Post a Comment